Review Buku Miss Rekomendasi yang Bikin Jatuh Hati
- Suci Wulandari putri
- Feb 3, 2021
- 5 min read
First of all, sebelumnya saya mau minta maaf sebesar-besarnya kepada sang penulis buku Miss Rekomendasi, yaitu Missef, karena di pertemuan pertama saya ngeliat buku ini, ini otak langsung mikir kalau buku ini adalah satu dari sekian jenis buku fiksi yang berbau roman picisan
.
Kalau diputar ulang kejadiannya, pada saat memasuki rak novel d perpustakaan daerah, saya ngeliat deretan buku baru, yang eye catchy, warnanya lucu-lucu, juga dengan ketebalan buku yang beragam. Dari buku yang bisa dijadikan kipas sewaktu gerah, sampai yang bisa dijadikan ganjelan truk. Karena saya adalah jenis manusia yang ga bisa kalau ga liat buku baru, jadilah hari itu yang tujuan awalnya ingin mengerjakan skripsi di meja perpus, kemudian beralih ke rak novel, sekedar untuk melihat-lihat.
Kurang lebih sembilan tahun saya berkecimpung di dunia koleksi per-fiksi-an, saya cukup hafal bagaimana bentuk buku fiksi yang layak dicap sebagai nih buku oke banget, sampai yang ah paling ceritanya kaya gitu-gitu lagi. Kalau ada yang bilang don’t judge a book by its cover, itu tidak sepenuhnya salah, tapi banyak benernya juga. Maka hal pertama yang saya nilai dari buku ialah bentuk sampulnya.
Dari sekian banyak fiksi yang berjejer rapih, lengkap dengan sampul plastik yang masih baru- yang kalau disusun dempetan, plastiknya bakalan lengket ke buku yang lainnya- hingga akhirnya saya sampai di buku ini, buku yang pertama kali melihat sampulnya saya langsung mikir, ini kayanya cerita cinta anak SMA, deh. Dari banyaknya buku, si Miss Rekomendasi ini adalah buku dengan warna sampul yang lucu, pemilihan warnanya “remaja banget”, dengan warna orange pastel dan sentuhan hijau tosca, lengkap dengan gambar seorang perempuan berkacamata yang sedang membaca buku di cover depan. Jadi bisa saya katakan, sangat cocok masuk kategori fiksi teenlit.
Saya biasanya pinjam novel yang penulisnya udah “gede”, seperti andrea hirata, dee lestari, nh dini, rintik sedu, dan sebagainya, dan jarang mau melirik ke yang lain karena feel-nya ga kerasa. Dan setelah lebih satu bulan sejak saya melihat buku ini, sampailah di awal februari saya akhirnya memutuskan untuk mengambil buku ini dan meminjamnya. Saya juga bukan jenis manusia yang menilai sebuah buku dari sinopsis yang ditulis di sampul bagian belakang. Karena saya merasa kadang sebagian besar sinopsis buku justru membuat penilaian saya terhadap suatu buku jadi berkurang, bisa jadi sinopsisnya tidak menarik, padahal setelah dibaca keseluruhan buku, ternyata bukunya bagus, alur ceritanya susah ditebak, cara bertuturnya juga unik, ga monoton.
Back than, setelah saya membaca buku Miss Rekomendasi yang awalnya ogah-ogahan, sampai pada akhirnya jadi buku yang sampai mau tidur gue kelonin tuh buku, saya memutuskan untuk membuat sedikit review tentang buku ini.
Oke, pertama-tama kepada pembaca yang tertarik di dunia broadcasting, harap merapat dan membaca review ini sampai selesai, karena ini akan menjadi buku paling ini gue banget. Karena buku Miss Rekomendasi bercerita dengan latar dunia broadcasting, diselipi adanya misteri yang menjadikan ceritanya makin membuat penasaran, tak lupa adanya bumbu romance yang melengkapi cerita. Sejauh saya baca buku tentang dunia broadcasting, cuma buku ini yang memaparkan dengan detail setiap unsur yang ada di kehidupan seorang yang bekerja di dunia broadcasting. Kalian akan bertemu dengan istilah-istilah yang sering digunakan orang-orang di balik layar sebuah media, khususnya televisi.
Cara bertutur si penulis yang menggambarkan keadaan di lokasi cerita, membuat kita merasa seolah sedang berada di dapur program sebuah televisi yang sibuk. Seolah kamu adalah bagian dari mereka. Unsur romance yang ada di sini, pun bukan jenis romance yang chip, tapi lebih ke simple and deep. Selain itu di setiap bagian cerita, penulis juga menggunakan bahasa inggris di setiap sebagian besar percakapan. Bukan bahasa inggris yang cuma wich is – literally aja, tapi dari sana saya rasa kamu yang baru belajar bahasa inggris pun sedikit banyaknya paham dengan apa yang dimaksud, atau bahkan bisa banyak belajar dari sana.
Oke, kita masuk ke ceritanya. Buku fiksi yang berjudul Miss Rekomendasi ini bercerita tentang seorang cewek bernama Audrey, yang merupakan seorang senior editor di salah satu female media bernama gee, yang setiap harinya berkutat di keredaksian dengan artikel-artikel berbau lifestyle. Audrey bukan seseorang yang datang dari dunia broadcasting secara akademik, bahkan sebelumnya ia merupakan seorang banker. Namun karena skill dan kepribadian yang dimiliki Audrey, ia direkomendasikan oleh sang atasan untuk menjadi bagian dari sebuah Tim di sebuah media televisi yang masih berada di bawah nauangan yang sama dengan gee, bernama ILnet.
Awalnya Audrey ragu, karena dirinya belum pernah berkecimpung di dunia TV, selama ini ia hanya berkutat di dunia tulis-menulis, di keredaksian. Hingga pada akhirnya ia menerima tawaran tersebut dan pindah ke iLnet. Keraguan Audrey ini dirasakan oleh Produser Tv yang juga merangkap sebagai creative director di tim yang akan dimasuki Audrey nanti, namanya Ilbram. Ilbram sosok yang perfeksionis, sangat anti dengan yang namanya orang “rekomendasian”, karena ia pikir itu tidak menggambarkan kualitas seseorang, didukung saat Ilbram mengetahui bahwa Audrey bukan dari latar belakang akademik broadcasting.
Pertemuan Audrey dan Ilbram bisa dibilang tidak mengenakkan, tapi memang kalau udah jalannya ketemu, ya bakalan ketemu juga. Mereke bertemu sebelum Audrey direkomendasikan jadi bagian dari ILnet, hingga sampai ke titik dimana ILbram mulai ngerasa adanya feel yang beda dengan Audrey. Namun semua itu menjadi dilema di antara hati dan ego perfeksionis Ilbram yang anti dengan orang jalur “rekomendasi”.
Kalimat yang paling saya ingat ketika Ilbram menjelaskan panjang lebar dan mengatakan secara tersirat bahwa ia tidak suka dengan kehadiran Audrey yang datang dengan jalur “rekomendasi”, dengan jawaban yang menurut saya keren, Audrey bilang:
“I get it, Bram. Tentang gue yang zero pengalaman, yang cuma bisa duduk manis menulis artikel, mengedit dan memikirkan presentasi apa yang terbaik untuk issue selanjutnya, semuanya gue bisa pahami. I know that this will happen very soon. But thanks to you, Bram. You smell the fear inside me before I could do anything bad to this network”.
Dari buku ini, saya yang notabenenya berasal dari akademik broadcasting, merasa banyak belajar seputar dunia pertelevisian, dari istilah-istilah yang dianggap simple tapi sangat berpengaruh, hingga segala teknis yang ada di dunia tv. Lika liku hidup Audrey bisa dibilang tidak mudah, khususnya dimana ia ditempatkan di tim yang menganggapnya kecil. But seriously, I love the way she shows to ilbram that she deserve to get this job, as a “miss rekomendasi”
The end, buku ini penuh kejutan, dipaparkan dengan dua sudut pandang: dari Audrey dan dari Ilbram. Di awal memang sudah bisa ditebak bahwa Audrey nantinya akan bersatu dengan Ilbram, cuma how they are talking, sharing, caring, and staring each other, bikin mesem mesem sendiri, setidaknya saya begitu, hehe.
Di sini karakter Audrey menurut saya unik, hampir-hampir mirip lah sama saya, yang kalau ngerasa tersudutkan, bukannya ngelawan balik, malah diam sejenak, ngomong apa adanya, kemudian go out there, and just sitting on the toilet for thirty minutes. Ya, Audrey juga gitu, and also, I love the way Audrey confess perasaannya ke Ilbram. Gurl, u are sooo cooollll!!!
Comments